
Masa kanak-kanakku kulalui penuh derita. Betapa tidak, aku yang dilahirkan ke ketika perang silih berganti. Mulai dari perang dunia pertama, perang dunia kedua dan perang mempertahankan kemerdekaan, berlanjut pada berbagai peristiwa pemberontakan di tanah air.
Aku lahir 2 Februari 1941 ketika pemerintahan India-Belanda menghadapi perang
dunia pertama, kedudukan penjajahan Belanda terancam Jepang. Kemenangan Jepang parang dunia pertama, membuat Belanda terusir dari Tanah Air Indonesia. Semua ini aku dengar dari ibu-bapaku dan para orang tua lainnya.
Mulai tahun 1942 hingga tahun 1944 Tanah Air ini berada dibawah kekuasaan Jepang. Sekalipun Jepang hanya berkuasa selama tiga setengah tahun, namun karena kekejaman Jepang , maka rakyat cukup menderita dibuatnya.
Penduduk pribumi yang bangsa Indonesia cukup menderita, kelaparan, pakaian cumpang dan dikejar kejar oleh tentarai Dai Nippon. Untunglah penjajahan Jepang ini tidak lama. Pada perang dunia kedua Jepang bertekuk lutut pada Tentara Sekutu. Jepang menyerah tanpa syarat setelah tentara Sekutu menjatuhkan bom atom di Hirosima dan Nagasaki. Jepang angkat kaki, namun Belanda membonceng Tentara Sekutu ingin menguasai kembali Indonesia. Indonesia telah memprolamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Namum untuk mempertahankan kemerdekaan terjadi lagi perang melawan Belanda. Ini berarti masa kecilku penuh derita dalam masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Para orang tua kita merasakan bagaimana Belanda menjajah. Mereka memeras tenga bangsa kita melalui kerja paksa (rodi). Kekayaan seperti, hasil bumi dikuras, rakyat dikenakan blesteng (pajak) yang tinggi, maka tak heran selama lk. 350 tahun rakyat di nusantara ini hidup morat marit. Kekalahan Sekutu pada Perang Dunia I mengharuskan Belanda angkat kaki dari Indonesia. Kemudian kita beralih menjadi negara jajahan Jepang lk tiga setengah tahun kembali Indonesia menderita atas kekejaman Tentara Jepang ini. Kemudian setelah penderitaan kaum penjajah, kekalahan Jepang pada Perang Dunia Ke II dan setelah Hirosima dan Nagasaki di bom atom oleh tentara Amerika Serikat Dan Sekutu, Jepang menyerah tanpa syarat. Kesempatan sebelum AS dan Sekutu menguasai Indonesia, dengan suatu keberanian para pemuda yang diwakili Soekarno- Hatta memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945.
Namun kemerdekaan itu harus dipertahankan dengan bambu runcing dan senjata bekas rampasan, para pejuang.kita berjuang mati matian melawan Tentara Sekutu dan Belanda yang membonceng ingin bercokol kembali di Indonesia. Selama lk. lima tahun masa peperangan dari proklamasi kemerdekaan yang teringat bagiku bagaimana kedua orang tua kami selain mencari dan memberi makan juga menyelamatkan jiwa kami anak anaknya dari satu pertempuran ke pertempuran lain. Waktu tentara Sekutu memerangi Tentara Jepang, kami harus masuk lubang perlindungan. Saat Belanda membonceng Sekutu ingin bercokol kembali, kami juga lari terbirit birit mengungsi ke sana kemari.
Salah satu alat mempertahankan kemerdekaan setelah Soekarno dan Muhammad Hatta ditangkap Belanda, di Sumatera Barat dibentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Pembentukan mungkin di Bukitting berada dalam wilayah Kabupaten Agam, namun pusat PDRI berada di Kototinggi dalam wilayah Kabupaten Lima Puluh Koto. Ketika daerah menuntut pembangunan dan mulai dominannya faham komunis, daerah daerah menuntut pemerintah pusat. Pertama melalui Dewan Banteng. Kemudian lahir PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) sebagai pernyataan ketidak-puasan daerah. Harapan itu dijawab pusat dengan menumpas PRRI yang dianggap memberontak. Kami rakyat kecil menjadi ikut menderita. Kekalahan PRRI membuat trauma masyarakat Minang. Kemudian wilayah Sumatera Tengah dibagi tiga yakni, Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Setelah Indomesia berdaulat sekitar tahun 1950, aku mulai sekolah yang berarti usiaku sekitar 9 tahun. Pertama, masuk kelas I SR (Sekolah Rakyat) sekarang berubah jadi SD (Sekolah Dasar).Perguruan Muhammadiyah Marapalam Kodya Padang dibawah pimpinan Engku Badaruddin Marapalam adalah yang pertama tempak aku Naik kelas II mungkin pertimbangan biaya aku dipindahkan oleh orang tua ke SR Negeri-18 di Simpang Haru sampai tamat kelas VI. Aku menamatkan SMP di Tanjung Pinang tahun 1961, kemudian kembali menamatkan SMA di Padang tahun ajaran 1963/1964.
Setelah ke Jakarta kuliah di Perguruan Tinggi Publistik (PTP) tahun 1964 yang merupakan Pilot Proyek PWI. Saat ini aku mendapat latihan dasar kemiliteran dari Kodam V/Jaya kemudian bergabung dalam Resimen Mahajaya. Meletus pemberontakan PKI yang dikenal dengan nama G-30 S/PKI, aku bersama Anggota lain dalam satu regu diperbantukan menjaga tahanan PKI yang dikenal dengan sebutan Rumah Tahanan Chusus (RTC) Salemba Jakarta. Ketika dipengujung bertugas bertugas di sini, aku memasuki jenjang rumah tangga tepatnya pada 24 Maret 1968. Hingga tahun 1983 aku dikarunia delapan orang anak dan seorang meninggal sebelum lahir ke dunia alias keguguran. Kini di tahun 2002 ini anak anakku sudah empat orang berumah tangga dan baru dapat cucu pertama dari anak kedua seorang bayi perempuan.

0 komentar:
Posting Komentar