
Makna yang Terkandung dalam “Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah”
Makna yang terkandung dalam “Adat Bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah” sangatlah dalam. Betapa tidak setelah filsafat ini diterima oleh kaum agama dan kaum adat pada putusan kaum agama dan kaum adat di Lembah Marapalam, maka berarti tidak ada lagi adat yang bertentangan dengan agama. Sekaligus filsafat ini menyatukan kaum adat dan kaum agama yang sebelumnya berseteru dalam kurun waktu yang cukup lama. Ini diantaranya ditandai dengan Perang Iman Bonjol di Ranah Minang.
Wahai anak anakku, kemenakan kemenakanku dan para generasi muda Minangkabau telah aku sadari dan maklumi banyak diantara kalian yang kurang mengerti secara mendalam tentang adat istiadat kita. Ini, pertama karena betul betul kurang mendapat pelajaran tentang apa itu adat istiadat. Selain itu tidak tertutup kemungkinan, ada pihak tertentu yang ingin menanggalkan orang Minangkabau dari filsafat adatnya itu dengan menunding adat dan agama di Minang bertentangan dengan Islam.
Mereka sengaja mengambil ‘kulitnya’ saja seperti, menyebutkan warisan di Minangkabau jatuh pada kaum perempuan. Mereka tidak tahu warisan di Ranah Minang, ada dua macam. Pertama, warisan turun temurun yang tidak boleh dijual, tapi hanya boleh dimikmati hasilnya seperti, sawah dan ladang. Jika sangatmemerlukan dana boleh digadai. Kegunaannya, diperlukan untuk tiga hal yaitu, pertama, gadih gadang belum berlaki (gadis yang sudah besar belum bersumai, kedua, mayit terbujur di pintu rumah (mayat terbujur di pintu rumah) dan ketiga, rumah gadang nan tirih (rumah gadang (adat) yang bocor).
Warisan kedua, yang dibagi menurut syareat Islam yaitu yang berasal dari penghasil suami isteri untuk anak anaknya. Dua pertiga untuk anak laki laki dan sepertiga untuk anak perempuan. Sungguh demikian anak laki laki karena secara moral harus melindungi saudara perempuannya, maka pembagian anak laki laki sering diberikan pada saudara perempuannya setelah tentunya diambilnya telebih dahulu.
Pemimpin dalam rumah tangga tetap sang bapak, sedang pemimpin dalam kaum (suku) dipegang oleh ninik mamak secara bertangga. Pemimpin kaum yang disebut ninik mamak mengatur harta warisan turun temuruan yang disebut juga pusaka tinggi atau tembilang besi.Artinya, ada ninik mamak satu keluarga, apabila saudara saudara perempuannya telah punya anak pula. Untuk pemimpin satu kaum diangkat seorang dari ninik mamak dari tiap satu kekuarga diatas yang disebut ninik mamak kaum (datuk).
Anak-anak dari saudara perempuan itulah yang disebut atau dipanggil kemenakan (Keponakan-Jawa Red). Betapapun tinggi pangkatnya atau ia seorang pejabat negara, akan tetapi jika dalam kaum harus tunduk pada datuknya. Diatas datu ada penghulu yang memimpin sebuah nagari beradat dipilih dari datuk datuk minimal empat suku (empat jinih). Perlu diketahui terbentuknya suatu pemerintahan ‘nagari’ paling sedikit ada empat suku dalam nagari itu. Walau ada kepemimpinan nagari, orang Minang tetap menghormati kepemimpinan pemerintah negara yang setingkat yaitu kecamatan.
Tujuannya adalah agar adat yang begitu indah dan mulia tercerabut dari hati orang Minangkabau itu sendiri, padahal banyak orang Islam di luar Minang sendiri banyak yang memuji filsafat adat kita diatas.
Oleh karena itu wahai anak anakku, kemenakan kemenakanku serta generasi muda Minang hayatilah adat dan agama yang telah menyatu diatas. Selain itu hati hatilah terhadap pihak yang ingin menanggalkan orang Minang dari adat istiadatnya. Kalau ‘jarum’ asutannya sudah menancap di dada anak muda, maka tidak tertutup kelak adat dan agama ditinggalkan oleh orang Minang sendiri. Hati hatilah, sekali lagi hati hatilah!.
Kita sudah sering menyebutkan bukan dia Islam kalau tidak menerima filsafat diata. Dan bukan pula dikatakan orang Islam jika tidak melaksanakan filfasat adatnya.
Pendidikan agama dan segi segi adat yang relevan dengan tuntunan zaman perlu ditingkatkan agar watak dan budi luhur bisa tetap tangguh menghadapi proses perobahan dan dinamika pembangunan ini. Ini sesuai dengan pepatah:
“kuek rumah karano sandi” - (kuat rumah karena sandi)
“rusak sandi rumah binaso” - (rusak sandi rumah binaso)
“kuek bangsa karena budi” - (kuat bangsa karena budi)
“rusak budi hancurlah bangso”- (rusak budi hancurlah bangsa)

0 komentar:
Posting Komentar