Sabtu, 25 Juli 2009

Kata Pengantar


Assalamu’alaikum W W

Dengan nama Allah SWT Yang Maha pengasih dan Penyayang, serta taufiq dan hidayahNya. Salawat dan salam tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Allah yang telah menggerakkan hati saya untuk menulis ‘buku saku’ ditujukan “Kepada Anak Anakku dan Remaja Minang”. Adapun judul : “Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersedndi Kitabullah”. Artinya, Adat berdasarkan agama, Agama berdasarkan Al Qur’an”. Filsafat inilah yang menjadi pilihan orang Minangkabau taat beragama dan kuat adat istiadatnya. Kalau adat mengatur pranata kehidupan dan agama mengajarkan kehidupan yang diredhohi Allah, maka keduanya saling mengisi. Ini bisa diibaratkan dua sisi mata uang, “Hablum minannas, Hablum minallah”. Artinya, melalui filsafat diatas orang Minang harus meningkatkan hubungan dengan Allah SWT selaku penciptanya secara vertikal dan hubungan sesama manusia secara horisontal.
Adat Minang mengatur hubungan kekeluargaan seperti, hubungan ninik mamak dengan kemenakan, hubungan ipar dengan bisan, hubungan induak bako dengan anak pisang.dan urang sumando dengan mertua serta hubungan tali temali dalam masyarakat Minangkbau.
Adapun yang mendorong hati saya untuk membukukannya karena terasa sekali semakin menurunnya minat generasi Minang untuk mengenal adatnya bahkan menganggap adat menghambat kemajuan.
Etnis Minangkabau adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang cukup tua yang kini mendiami daerah provinsi Sumatera Barat. Ini bukan berarti keberadaan masyarakat Minangkabau terbatas pada daerah provinsi diatas saja, akan tetapi lebih luas lagi sesuai dengan ketentuan wilayah adat dimana sebagian masyarakat Minangkabau juga mendiami Negeri Sembilan, Malaysia dalam wilayah negara jiran Malaysia. Sesuai dengan tambo dari Kerajaan Pagarruyung wilayah etnis Minangkabau mulai dari “Durian Nan Batakuak hingga Ombak Nan Badabuah”. Batas ini hanyalah sebagai tanda (patokan) sehingga ada yang memperkirakan wilayah adat Minang meliputi Sumatera Tengah menurut pembagian provinsi sebelumnya.
Jumlah etnis Minang diperkirakan lk. 12 juta jiwa dengan perhitungan kasar sekitar 4 juta jiwa tinggal daerah aslinya di Sumatera Barat, 4 juta diperantauan dan 4 juta keturunan yang kesemuanya terbesar di seluruh nusantara bahkan di dunia
Dalam dalam kesempatan ini, penulis menghimbau khusus pada anak anaku sendiri yang lahir di rantau orang dan pada umumnya para remaja Minang untuk merenungi sebuah filsafat hidup yang menjadi pembahasan utama dalam buku ini..
Filsafat mana mengatur kehidupan dunia dan akherat. Atau boleh juga kita katakan filsafat yang bernakna “Hablum Minallah, Hablum Minannas”.
Jadikan filsafat ini sebagai “milik” yang sangat berharga tersebut. Disamping juga untuk tidak keliru menilai filsafat adat kita.
Kita bersyukur menjadi orang Minang dan lebih bersyukur lagi menjadi orang Islam.
Kita beragama Islam bukan hanya sebagai sebagai agama keturunan, tetapi agama yang diyakini karena telah menghayati sebagai agama diterima di sisi Allah SWT. Tujuan hidup mencapai kebahagian di dunia dan kebahagian di akherat. Kita harus banyak berbuat baik yang selain telah diperoleh dari tuntunan Raslulullah saw. ditambah dengan tatanan hidup menurut kultur kita sebagai etnis Minang
Sebagai kaum Muslimin dan Muslimat dan juga sebagai orang Minang yang terkenal kuat adatnya dan taat agamanya, kita mengharapkan berhasil meraih ‘amal ibadah sebanyak banyaknya selama hidup di dunia. Amal ibadah untuk kita bawa menghadap Allah Azza Wajala dalam penentuan kita akan masuk surga atau tidak sesuai janji Allah SWT tersebut.
Selagi kita masih dapat bernafas, berjalan di bumi Allah ini, kerjalan perintahNya jauhkan laranganNya. Ingatlah nafas kita itu adalah pemberian Allah. Jangan sampai usia kita habis percuma di dunia ini untuk mengejar harta kekayaan yang tidak akan dapat menolong nanti. Kita akan menyesal kelak saat datangnya malaikat maut akan mencabut nyawa (roh) dari jasad kita. Bagi yang banyak amal ibadahnya tidak akan merasa sakit, tetapi terhadap yang hidupnya penuh dosa mati itu sakit sekali.
Tegor sapa sangat kami harapkan bagi perbaikan buku kecil tentang adat dan agama ini. Demikianlah ajakan harapan penulis selaku orang tua dari perantauan. kepada anak anakku di manapun berada.
Sesuai dengan pepatah :

“Nan kuriak iolah lundi” = Yang Krurik ialah lundi
“Nan merah iolah sago” = Yang merah ialah sago
Nan baik iolah budi = Yang baik ialah budi
Nan indah iolah baso = Yang indah aialah baso

Sekian.

0 komentar:

Posting Komentar

Toggle