Selasa, 08 Desember 2009

Pemimpinan Kita Kurang Peka akan Nasib Rakyat

By. Amir Husein Jambek

Pemimpin pasca kemerdekaan dinilai kurang peka akan nasib rakyat. Mereka sedikit sekali yang memperhatikan nasib rakyat. Ini suatu indikator pemimpin kita tidak meneladani kepemimpinan pendahulunya. Bila dibandingkan dengan zaman Nabi Muhammad saw. pemimpin sekarang kurang mencontoh Rasulullah saw. dalam mendahulukan kepentingan rakyat yang beliau pimpin.
Bahkan pemimpin sekatang juga kurang menghargai usaha pendiri republik (founding father) yang telah mengorbankan segala galanya demi Indonesia merdeka. Untuk itu, Pemulu 2004 mendatang diharapkan mampu melahirkan para pemimpin mendahulukan kepentingan rakyat, meneladani pendahulunya para pejuang kemerdekaan serta mencontoh kepemimpinan Rasulullah saw. Ingat para pejuang kemerdekaan telah berkorban, tidak saja harta bendanya, tetapi nyawanya. .
Demikian antara lain, H.Mohd Yakhoeb (82) selaku pejuang dan pengusaha tiga zaman dalam wawancara khusus dengan wartawan Majalan AL-IMAN baru baru ini di Jakarta. Para pejuang kemerdekaan jelas mengharapkan di alam kemerdekaan ini, rakyat akan memperoleh pemimpin dari bangsa sendiri yang akan mengangkat taraf hidupnya. Namun kenyataannya kesengsaraan dan kemiskinan yang terus meningkat.
Wakil wakil rakyat (MPR/DPR), sebagian besar nyatanya hanya memikirkan diri dan kelaurga serta golongannya. Apalagi menjelang Pemilu mereka sibuk mempertahankan kursinya di lembaga legislatif ini.
Keluhaan petani tak didengar lagi oleh pemerintah dan DPR. Misalnya gagal panen di Kerawang dan Cirebon kurang mendapat perhatian DPR dan Pemerintah. Disamping itu, harga pupuk terus meroket. Sekrang harga sekilo pupuk sudah sama harganya dengan sekilo gabah. Panen yang diharapkan setiap satu hektarnya 5 ton gabah, ternyata gagal karena hama tikus. Kecuali di Kerawang masih panen 2 ton gabah. Kedua daerah Jawa Barat ini mengalami gagal panen lebih berat.
Lainnya, di bebarapa daerah lain petani telah meminta pemerintah untuk menaikkan bea masuk gula impor dan juga beras impor. Nyatanya, impor keduanya masih saja berlangsung tanpa menaikan bea masuknya. Akibatnya terjadi persaingan dengan produksi pertanian dalam negeri. Bahkan juga itu saja, namun sudah lama pemerintah mengizinkan impor berbagai produk pertanian yang bisa dihasilkan petani kita misalnya, jagung, kadele, kacang tanah dan berbagai jenis buah buahan.
Perhatian anggota DPR atas gagal panen petani ini tak terdengar, kecuali para pemimpin partai politik disibukan duduk sebagai anggota terhormat. Mereka berusaha menjaring suara rakyat penilih sebanyak banyak termasuk tentu para petani. Mereka akan turun berkampanye lagi dengan janji yang muluk muluk. Selesai Pemilu dan mereka telah duduk di kursi DPR lupa pada rakyat pedesaan. Inilah yang sangat kita sayangkan”, ujar H.Mohd Yakhoeb yang sebelumnya bergerak di bidang jasa usaha EMKL di Pelabuhan Tanjung Priok.
“Mana ada anggota DPR yang memperjuangkan petani, terutama pada kegagalan panen, dan penurunah harga pupuk. Setidaknya kan wakil wakil kita yang terhormat itu meninjau dan meminta ahli ahli pertanian mengadakan penelitian akan kegagalan panen dan berusaha untuk menurunkan harga gabah”, ulangmYakhoeb.
Menolong Rakyat Miskin.
Bukan rasiha lagi kini jumlah penduduk miskin terus bertambah konon telah mencapai 42 juta jiwa yang sebagian besar adalah umat Islam. Untuk itu, perlu langkah langkah menghimpun dana baitul mal.
“Waktu Ibu Tuty Alawiyah menjadi Menteri Peran Wanita usul ini telah saya sampaikan, namun sayang beliau tak terpilih lagi pada kabinet berikutnya. Khusus bagi kaum ibu saya usulkan setiap belanja ke pasar menyisihkan uang 2000 sampai 5000 rupiah dan bisa dibayangkan dalam setahun akan terkupul dana tersebut mencapai miliaran rupiah”, ujar H. Mohd Yakhoeb yang bergerak di bidang jasa EMKL di Tanjung Priok.
Mengenai persatuan umat Islam, Yakhoeb juga menyatakan keprihatinannya tercermin dari jumlah wadah politik yang sudah 320 partai politik (parpol). Di sini perjuangan umat Islam akan terpecah pecah dan terkotak kotak. Kondisi ini jelas akan memperlemah perjuangan umat Islam.
Untuk itu, H.Mohd.Yakhoeb pengusaha yang sudah sepuh ini, terobsesi perlunya seorang iman di kalangan umat Islam. Apakah nanti akan langsung sebagai presiden atau hanya akan memimpin dan menyatukan umat Islam. Dalam kaitan ini nantinya akan ada ‘Dewan Imami’. Salah seorang dipilih sebagai ketua yang beriman, berilmu dan amanah disebut ‘imam’ bagi umat Islam seluruh Indonesia. Caranya adalah dengan memilih dua orang ulama dari setiap propinsi. Bila kini ada 27 propinsi, berarti akan ada 54 orang ulama. Kemudian diadakan pemilihan membentuk ‘Dewan Imami’ dan diantaranya seorang dipilih untuk menjadi ‘Imam’ tersebut, demikian H Mohd Yakoeh mengemukakan pendapatnya.
Apa yang dikeluhkan para petani sudah bukan hal yang baru, sebab miskinnya petani kita tidak terlepas dari kurangnya perlidungan pemerintah. Untuk sudah saatnya pemerintah dan DPR memikirkan masa depan petani yang tetap miskin hingga hampir 58 tahun Indonesia merdeka.

0 komentar:

Posting Komentar

Toggle